Jumat, 06 Mei 2016

Mengejar LOA dari 3 Negara (Inggris, Australia, dan Jerman)

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Mumpung semangat menulis masih menggebu-gebu, saya ingin melanjutkan pembahasan tentang topik yang saya bagikan yaitu tentang studi lanjut S2 khususnya. Selain beasiswa, tentunya mendapatkan universitas yang diinginkan juga sangat penting karena kalau bukan diri sendiri yang mencari lembaga beasiswa manapun  tidak  ada yang mencarikan universitas (kecuali beasiswa yang  sudah sepaket dengan universitas contohnya turunan dari Erasmus Mundus).

Oke, untuk bisa masuk ke universitas idaman tentunya harus mempunyai kunci terlebih dahulu dan kunci ini biasanya disebut dengan Letter of Admission/Acceptance (LOA). Surat sakti itu adalah surat yang menyatakan bahwa seseorang diterima untuk dapat melakukan studi di universitas tersebut. LOA ini ada 2 jenis yaitu Unconditional dan Conditional sehingga sesuai penamaannya penerimaannya ada yang bersyarat (harus dipenuhi sebelum daftar ulang) dan tak bersyarat.

Untuk diketahui sebelumnya, saya sudah memegang 3 LOA dari 3 negara yang berbeda jadi cukup beragam nanti ceritanya. Kenapa punya 3 padahal 1 saja sudah cukup? Nanti akan saya ceritakan.

LOA saya berasal dari 3 negara yaitu Inggris (UK), Australia, dan Jerman. Jadi, saya juga akan membagi pembahasan saya menjadi 3 bagian per negara dan biasanya hampir semua universitas dari suatu negara memiliki kebijakan yang mirip dalam seleksi calon mahasiswanya.

Langsung saja dimulai pembahasan pengejaran LOA ini.

1. Inggris

Saya sudah pernah mendaftar di Newcastle University (NCL), saya berharapnya kalau saya kuliah di sana saya bisa ketemu sama Alan Shearer tapi apa daya takdir berkata lain dan saya tidak mengambil kesempatan yang diberikan oleh mereka.

Sebelum mulai mendaftar di satu universitas, pastikan jurusan yang akan didaftarkan sudah sesuai dengan keinginan. Lalu jika sudah dirasa sesuai (atau mungkin dibuat supaya biar sesuai di hati), langsung lihat informasi bagian persyaratan pendaftaran. Mereka biasanya mensyaratkan IPK yang di atas rata-rata (anggaplah IPK 3 sudah di atas rata-rata), lalu persyaratan bahasa seperti minimal IELTS yang harus dicapai (kalau sudah pegang IELTS 9,5 saya kira sudah aman lah). Biasanya hal-hal inilah yang merupakan ganjalan paling besar dalam setiap pendaftaran. Kalau sudah yakin bakal lolos, tahap selanjutnya adalah mempersiapkan dokumen.

Oiya, pendaftaran yang saya lakukan ke NCL ini adalah tanpa agen dan dilakukan secara online.

Dokumen-dokumen umum yang biasa diminta oleh universitas antara lain:
  1. Ijazah (Bahasa Indonesia dan Inggris)
  2. Transkrip Akademik (Bahasa Indonesia dan Inggris)
  3. Curriculum Vitae
  4. Personal Statement / Motivation Letter (biasanya apa yang harus ditulis disebutkan dalam persyaratan)
  5. Surat Rekomendasi dari 2 orang yang dapat merepresentasikan teman-teman dengan baik.
  6. IELTS Test Result
  7. Passport

Unconditional LOA dari Newcastle University

Karena pendaftarannya online, jadi sangat memudahkan sekali bagi para calon pendaftar yang berminat mendaftar ke universitas-universitas di sana. Menurut pengalaman saya, pengumumannya akan diberikan sekitar 2 minggu setelah berkas masuk. LOA akan dikirim melalui email beserta berbagai macam isi-isi pemanis LOA seperti asuransi, housing, dll.

Saya dulu mendaftar ke NCL untuk mendaftar beasiswa Chevening, sayangnya Chevening memanggil saya untuk test pun tidak, pupus sudah harapan ketemu Alan Shearer.

Jurusan yang saya daftar cukup jauh dari background kuliah saya (saya lulusan teknik pertambangan dan jurusan yang saya daftar berhubungan dengan energy terbarukan).

Sampai beberapa minggu lalu saya masih mendapat email yang meminta saya untuk segera mendaftar ulang di sana. Tapi apa daya, duit pun tak punya buat mendaftar.


2. Australia

Sebagai informasi awal, saya mendaftar ke universitas di Australia menggunakan agen yang singkatannya mirip sama artis yang kurang booming beberapa tahun belakangan.

Saya waktu itu berencana mengikuti jejak ketua angkatan terbaik saya ke University of Queensland, beliau menyarankan saya untuk mengurus di agen tersebut karena selain gratis (jasanya sudah include dalam tuition fee dan biaya-biaya lain), semua akomodasi akan diurus oleh mereka.

Sebenarnya pendaftaran kuliah di Australia dan Inggris hampir mirip karena LOA cenderung mudah untuk didapat. Yang sulit didapat adalah nilai minimal IELTS mereka bagi otak saya yang kurang suka dengan bahasa manusia, lebih senang menggunakan bahasa hati.

Saya diminta untuk mengumpulkan berkas-berkas asli dari beberapa dokumen antara lain:
  1. Passport
  2. Ijazah (Bahasa dan terjemahan)
  3. Transkrip Inggris (mereka minta yang belum ada capnya)
  4. Curriculum Vitae
  5. Surat Rekomendasi (yang dulu saya pakai adalah surat rekomendasi yang didapat setelah keluar dari pekerjaan terakhir)
  6. IELTS (kalau sudah ada)

Dokumen-dokumen ini langsung dibawa ke kantornya untuk langsung di legalisir oleh mereka sendiri. Saya juga diminta untuk mengirimkan uang AUD 100 untuk pendaftaran.

Ada hal yang penting jika ingin mendaftar kuliah lewat agen ini, saya sarankan untuk melakukan pendaftaran apapun saat agen tersebut melakukan pameran pendidikan (yang frekuensinya cukup sering) karena saat pameran itu setiap uang pendaftaran dapat di-waive sehingga pendaftar tidak perlu mengeluarkan uang tersebut untuk pendaftaran. Kalau ingin mendaftar saat pameran, bawa dokumen-dokumen yang saya sebutkan sebelumnya ditambah dokumen lain yang memperkuat posisi pelamar untuk diterima (misal pernah jadi astronot atau pernah jadi pembicara di seminar NASA).

Harusnya LOA akan keluar sekitar 1 bulan tetapi saya sempat merasakan sampai 2 bulan baru rilis kalau tidak salah. Sampai sekarang saya masih dikejar oleh agen karena masih menggantungkan posisi penerimaan saya.


Conditional LOA dari University of Queensland

Karena saya waktu itu belum mengambil IELTS, maka dari itu saya diberikan LOA Conditional dengan syarat IELTS yang ternyata setelah saya ambil tesnya nilainya tidak sampai dan sempat membuat semangat saya turun untuk melanjutkan langkah.

Setelah menemukan penggantinya, saya akhirnya move-on mengejar pencarian yang ketiga.

3. Jerman

Menurut saya, mencari LOA yang ketiga inilah yang paling seru dibanding yang lain karena kalau yang lain pendaftarannya bisa kapan saja dan prosesnya cukup mudah.

Pendaftaran kuliah di Jerman sangat strict, berikut beberapa alasannya:
  1. Aplikasi hanya akan diperiksa setelah deadline periode tersebut
  2. Apabila latar belakang pendidikan dinilai tidak sesuai dengan kriteria mereka maka akan langsung ditolak
  3. Banyak yang ditolak karena berbagai alasan dari cerita di berbagai macam sumber

Tapi bukan Obi namanya kalau kurang PD, saya hanya fokus mendaftar di RWTH Aachen salah satu universitas teknik terbaik di Jerman. Saya tidak mempersiapkan cadangan di universitas Jerman lainnya karena mata kuliahnya yang kurang saya senangi dan di RWTH ini sangat menarik mata kuliahnya, seperti saya memperdalam ilmu eksplorasi saya.

Tidak seperti universitas Australia dan Inggris, mendaftar kuliah di Jerman biasanya perlu mengirimkan berkas ke Jerman secara langsung bukan dengan online (walaupun ada yang meminta secara online saja). Aplikasi online hanya membantu awalnya saja, karena mereka biasanya meminta tandatangan langsung pendaftar untuk dimintai suatu pernyataan. Setelah berjibaku dengan google translate sana-sini akhirnya dokumen-dokumen pun dapat saya lengkapi.

Untuk ke RWTH Aachen, berkas-berkas yang diminta antara lain:
  1. Lembar aplikasi dari website yang sudah ditandatangani
  2. Curriculum vitae berbentuk tabular (yang membuat saya merombak CV saya)
  3. Motivation letter
  4. Sertifikat bahasa
  5. Kopi ijazah yang sudah dilegalisir
  6. Transkrip akademik
  7. Module description (isinya silabus dari perkuliahan yang pernah  diambil, saya memberikan yang prodi saya pernah buat dalam bahasa inggris dengan beberapa revisi sendiri oleh saya)

Supaya menambah kemungkinan saya diterima saya juga melampirkan SKHUN SMA saya yang telah diterjemah tersumpahkan.

Semua persyaratan di atas saya masukkan ke dalam amplop tanpa diberikan map/folder dan hanya diberikan paper clip tanpa di-hecter. Selanjutnya, persyaratan tersebut saya kirim melalui Pos Indonesia menggunakan jasa EMS yang bisa sampai dalam waktu 2 minggu kurang (harganya waktu itu sekitar 300 ribuan lebih). Saya mendaftar untuk Wintersemester (Oktober) dan sudah mengirimkan berkasnya dari bulan Desember akhir, sayangnya deadline-nya masih bulan Maret dan akhirnya saya hanya bisa berharap-harap cemas.

Akhirnya bulan Mei hari kerja pertama saya mendapatkan kabar bahwa saya diterima menjadi mahasiswa program master untuk Applied Geoscience di RWTH Aachen.


Zulassung dari RWTH Aachen

Sekedar menambahkan, ada beberapa universitas di Jerman yang meminta pengurusan pendaftaran ini dilakukan lewat Uni-Assist. Karena saya belum mengalami secara langsung saya tidak menjelaskan lebih panjang lagi.

Saran saya secara garis besar adalah:
  1. Cari tempat kuliah yang terbaik dan cocok dengan latar belakang pendidikan teman-teman
  2. Kumpulkan dokumen-dokumen yang saya sebukan dari jauh-jauh hari dan cicil sebisa mungkin kalau memang sibuk
  3. Banyak-banyak berdoa dalam tahap ini karena yang tahu bakal diterima atau tidak hanya Tuhan dan yang menilai aplikasi kita
  4. Kalau gagal di salah satu tempat, langsung putar otak dan cari celah sebaik-baiknya supaya bisa tetap berjalan walaupun mesti sulit


Semoga tulisan saya ini bermanfaat bagi teman-teman. Jikalau ada yang ingin ditanyakan bisa langsung ke saya. Saya terima segala masukan, kalau ada, demi kebaikan bersama.

Jangan lupa mampir ke laman yang membahas tentang seleksi LPDP dan mengurus visa ke Jerman juga ya.


Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.


Referensi:

Kamis, 05 Mei 2016

LPDP - Seleksi (Bagian 2 - Pendaftaran dan Seleksi LPDP)

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Pada kesempatan ini saya ingin melanjutkan tulisan saya sebelumnya tentang apa itu LPDP dan apa saja programnya. Langsung saja saya akan membagikan beberapa pengalaman saya mengenai proses seleksi beasiswa LPDP khususnya Magister, Doktoral dan Dokter Spesialis.

Saya akan membagi proses ini menjadi beberapa bagian:
1. Pendaftaran
2. Seleksi Administrasi
3. Seleksi Substansi
        a.  Wawancara
        b.  Esai di tempat
        c.  LGD

4. Pengumuman Kelulusan

Bagian 1, Pendaftaran.

Tahap ini adalah yang paling sulit dari seluruh tahap, karena selain mengumpulkan dokumen-dokumen yang paling penting dari proses ini adalah mengumpulkan NIAT. Yap, niat. Dokumen-dokumen itu kalau niat dan dibawa santai satu hingga dua minggu sudah bisa lengkap semua, tapi niat ini yang paling sulit untuk dibulatkan.

Niat yang kuat saja ternyata tidak cukup untuk mendaftar dan diterima menjadi pendaftar beasiswa LPDP, namun VISI atau kalau bahasa umumnya adalah mimpi besar. Saya kurang senang dengan istilah mimpi karena mimpi cenderung hanya sebatas angan-angan sedangkan visi mempunyai kekuatan dalam menggerakkan diri untuk mewujudkannya.

Saya sempat kehilangan niat saya mendaftar LPDP ini dikarenakan nilai IELTS saya untuk mendaftar universitas tujuan awal saya (bukan syarat buat LPDP lho ya) masih ada yang kurang. Jujur, ini sempat membuat saya kehilangan arah. Lalu saya pelan-pelan merajut asa lagi, pelan-pelan semakin mendekatkan diri dengan Yang Maha Pemberi Petunjuk, dan akhirnya jalan itu terbuka kembali.

Saya pertama kali ingin mendaftar ke University of Queensland (UQ), dengan nilai IELTS saya yang masih kurang itu, Alhamdulillah, saya diberi petunjuk untuk menemukan universitas lain yang tidak kalah baik dengan UQ tersebut yaitu RWTH Aachen. Bagi yang belum tahu, RWTH Aachen adalah almamater presiden ketiga kita dan ternyata kampus ini juga almamater dari banyak dosen saya di kampus. Saya melihat celah yang diberikan RWTH ini yang dapat menerima mahasiswa dengan program menggunakan Bahasa Inggris dan mensyaratkan IELTS yang tidak terlalu tinggi.

Melihat peluang ini, saya berkorespondensi dengan staf RWTH di sana untuk memastikan program tersebut dan akhirnya niat dan kepercayaan diri saya kembali bangkit dari yang sempat turun sebelum keluar dari pekerjaan saya (curcol).

Visi, kalau visi kalian hanya untuk mendapat gelar S2 jangan ajukan pendaftaran kalian. Belajar banyaklah dari pengalaman orang-orang di sekitar, bacalah banyak buku pengetahuan, temukan visi mulia yang mengharuskan untuk mengambil jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

Setelah niat, tekad, dan visi ini terkumpul (dengan mencicil dokumen tentunya) kumpulkan dokumen yang diperlukan untuk persiapan di upload. Saya membuat esai-esai yang disyaratkan hanya 2 minggu sebelum penutupan seleksi periode tersebut. Membuat SKCK di Polres juga satu hari bisa selesai. Surat keterangan sehat dan bebas narkoba saya buat di RSUD kota saya, sayangnya untuk bebas TBC diperlukan waktu sekitar 3 hari karena menunggu hasil rontgen terlebih dahulu. Yang terkadang mengganjal adalah surat izin dari atasan dan surat rekomendasinya, karena sangat bergantung dari atasan atau kalau dalam kasus saya adalah dosen saya. Dengan diberikan pengertian dari jauh-jauh hari, biasanya motivasinya adalah sudah dekat deadline, surat-surat ini bisa terkumpul. Membuat surat pernyataan juga hanya tinggal ganti nama dan tandatangan.

Untuk format dari esai dan beberapa surat ada di buku panduan pendaftaran beasiswa LPDP yang saya cantumkan tautannya di bawah blog ini.

Dokumen sudah lengkap? Sekarang saatnya mendaftar di website pendaftaran beasiswa. Saya tidak akan terlalu membahas teknis penggunaan webnya karena di sana ada booklet cara pengisian malah ada booklet pendaftaran beasiswa yang saya pake buat bahan contekan blog ini.

Intinya masukkan seluruh dokumen yang dibutuhkan sehingga tulisan di bagian status tertulis hijau atau sudah diunggah. Esai tinggal dikopikan ke bagian yang tersedia dan diatur-atur sedikit margin dan yang lain-lain. LOA tidak wajib disertakan dalam pendaftaran tetapi akan mempengaruhi penilaian.

Lembar Kendali di bagian status www.beasiswa.lpdp.kemenkeu.go.id

Ternyata ada sedikit perbedaan dalam pengisian dibanding jaman saya mendaftar yaitu prodi tujuan dipilih dari daftar yang ada, kalau dulu saya langsung ketik nama prodinya. Tetapi menurut saya tidak terlalu banyak berpengaruh.

Setelah semua di submit, langsung print formulir pendaftaran. Sisanya hanya tinggal menunggu, berharap dan berdoa supaya diloloskan dalam seleksi administrasi.

Jadi, tips dari saya mengenai proses di tahap ini adalah:
  1. Niat, tekad dan visi. Setelah semua terkumpul, tumpahkanlah semuanya ke dalam setiap esai yang diminta. Esai pasti akan berbeda jika hal-hal tersebut belum terkumpul dengan sempurna.
  2. Jangan (terlalu) mepet untuk mengurus dokumen. Kasus saya di atas adalah khusus karena persyaratan yang belum saya siapkan hanyalah sebatas persyaratan yang cenderung cepat untuk diselesaikan. Dokumen seperti rekomendasi dan legalisir ijazah dan transkrip akademik yang mengharuskan untuk keluar kota (seperti saya) sebaiknya siapkan dari jauh-jauh hari.
  3. Siapkan LOA, demi kesempatan yang lebih baik dan mempunyai daya banding lebih tinggi saat wawancara dibandingkan dengan yang belum punya.
  4. Jangan mengumpulkan (submit) dokumen online mepet dengan deadline karena biasanya beban server pendaftaran akan besar saat-saat mendekati deadline.


Bagian 2, Seleksi Administrasi

Pada bagian ini teman-teman hanya bisa berharap dan berdoa supaya dilancarkan karena teman-teman hanya menunggu pengumuman kelanjutan proses seleksi. Beberapa hal yang membuat gagal di bagian ini adalah kelengkapan dan keaslian dokumen. Saya pernah mendengar ada pendaftar seleksi yang memalsukan dokumen sertifikat Bahasa Inggrisnya. Jika dari tahap ini saja sudah mulai untuk berbuat curang, bagaimana orang itu bisa mewujudkan misi LPDP?

Pengumuman akan diberikan lewat email, daftar nama yang lolos seleksi akan diberikan di sana. Jadi yang mau kepo-kepoan bisa lewat sana. Lalu aka nada email selanjutnya yang menerangkan jadwal dan tata cara seleksi substantif. Print kartu peserta tersebut untuk dibawa saat seleksi yang telah dijadwalkan.

Jadwal sudah ada, tinggal persiapan mematangkan seleksi selanjutnya.

Bagian 3, Seleksi Substantif

Sebelum seleksi ini dimulai, ada baiknya jauh-jauh hari sudah menyiapkan diri dengan banyak membaca berita-berita populer yang hangat diperbincangkan. Pastinya bukan berita dari goal.com atau kompas.com bagian olahraga ya.. Diharapkan dengan membaca-baca inilah wawasan akan bertambah dan kemungkinan untuk “bercerita” saat membuat esai dan LGD menjadi lebih baik dan berbobot.

Oke, sekarang masuk ke sub bagian a yaitu wawancara.

Wawancara akan dilakukan sesuai program yang akan diambil jadi yang programnya ke luar negeri akan menggunakan bahasa inggris (atau kalau beruntung seperti saya menggunakan Bahasa Indonesia 95%, uhuk..).

Wawancara setiap orang adalah unik, tidak ada patokan pasti dalam durasi serta isi. Sebaiknya datang 1 jam sebelum karena sesuai pengalaman teman saya, dia dijadwalkan wawancara jam 9 tetapi mulai wawancara bisa jam 7.30 karena hal-hal lain misal ada peserta yang tidak hadir.

Wawancara pastinya akan membahas apa yang ditulis di dalam esai serta latar belakang dari peserta. Ada beberapa yang membahas pengetahuan umum mengenai biang studi peserta. Bisa juga ada pembahasan tentang pandangan calon tentang hal-hal yang berkenaan dengan negara.

Kalau kata teman saya, LPDP mencari orang-orang yang akan menjadi profesional di bidangnya dan juga bibit-bibit pemimpin untuk masa depan.

Satu hal yang harus dilakukan, JANGAN BOHONG. Menjadi salah itu boleh dan langsung bisa memperbaiki, tetapi kalau berbohong adalah sesuatu yang tidak dapat ditolerir.

Jadi, intinya dalam wawancara ini adalah:
1. Jadilah diri sendiri
2. Jadilah orang yang berpikiran terbuka
3. JANGAN BOHONG

Lanjut ke sub bagian b, Esai di tempat.

Esai di tempat biasanya dijadikan satu rangkaian dengan LGD sehingga kelompoknya akan tidak jauh berbeda. Mulai periode 1 tahun 2016, Esai di tempat dan LGD dilaksanakan sesuai program luar negeri atau dalam negeri dan bahasa yang digunakan akan bersesuaian dengan programnya tersebut.

Esai di tempat membahas tentang wawasan dan tanggapan calon dengan sebuah kasus dan diminta untuk menumpahkan idenya ke dalam sebuah esai. Saran saya, esai seperti test IELTS sangat membantu saya dalam membentuk struktur kalimat dalam esai kali ini. Sebaiknya tidak ada pendapat yang mengambang di dalam esai tersebut.
Lakukan saja esai ini dan berikan yang terbaik.

Lanjut lagi ke sub bagian c, Leaderless Group Discussion.

Yap, ini leaderless. Jadi diharapkan tidak ada yang terlalu menonjol dalam pembahasan suatu topik (menurut saya lho ya).

Kadang ada beberapa grup yang seperti men-setting keadaan dalam diskusi sebelum diskusi di mulai. Saran saya, abaikan. Karena pengalaman saya, orang yang merencanakan ini malah tidak lolos.

Nanti teman-teman akan diberikan suatu kasus dan diminta untuk membahasnya. Saya waktu itu hanya mendapat 2 atau 3 kali kesempatan berbicara dan itupun tidak terlalu panjang. Karena saya laki-laki dari jurusan teknik oleh karena itu saya kurang suka untuk bertele-tele dan langsung ke pokok permasalahan. Jangan terlalu dominan di diskusi ini, diharapkan dengan pendapat kalian dapat menjadi suatu solusi yang baik untuk diskusi ini. (NB: orang yang berbicaranya panjang sekali di kelompok saya setahu saya juga tidak lolos)

Selesai LGD maka rangkaian seleksi substantive pun berakhir. Seleksi substatif ini biasanya memakan waktu sekitar 1-3 hari tergantung jadwal yang didapat.

Lalu masuk ke tahap paling menegangkan dalam seleksi, bagian 4 pengumuman kelulusan.

Jeng.. Jeng.. Jeng..

Setelah rangkaian seleksi substantif di berbagai daerah selesai, tidak lama kemudian akan diumumkan hasil seleksinya. Pengumuman seleksi hanya diberikan melalui email atau website dan tidak diberikan Surat Keputusannya. Jika tiba-tiba ada email masuk bertuliskan LPDP, jangn lupa berdoa sebelum membukanya. Jika tertulis bahwa kalian lolos seleksi maka kalian resmi menjadi calon penerima beasiswa dari LPDP. SELAMAT!!! Nikmatilah masa-masa indah Pra-PK dan PK kalian nantinya.

Bagi yang belum ditakdirkan untuk dapat beasiswa ini, jangan kecewa karena masih ada 1 kali kesempatan lagi untuk mengikuti seleksi ini.

Saran saya supaya dilancarkan dalam seleksi adalah:
1. Banyak-banyak berbuat baik kepada orang lain
2. Banyak-banyak mendekatkan diri kepada Yang Maha Berkehendak
3. Berusaha yang terbaik

Foto dari Jonas tuh, pake di-sotosop dulu..

Semoga tulisan saya ini bermanfaat untuk teman-teman. Seneng banget akhirnya datang lagi semangat buat nulisnya. Semoga nanti setelah berangkat bisa disempatkan banyak menulis dan berbagi ke teman-teman semuanya. Maaf jika banyak salah dalam tulisan ini, yang ingin memberikan saran dan kritiknya saya tunggu ya. Yang minat di-japri aja. *wink

Tetaplah semangat dan terus berharap.
Karena harapan adalah sumber kehidupan..

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh..

Referensi:

LPDP - Apa, Bagaimana, dan Kenapa (Bagian 1 - Perkenalan LPDP)

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Setelah sekian lama, akhirnya blog ini bisa bangkit kembali seiring kembalinya semangat menulis saya.

Pada kesempatan yang berbahagia kali ini, saya akan membahas topik yang cukup hangat di kalangan lulusan sarjana ataupun yang baru mau lulus yaitu LPDP. Bagi yang belum tahu apa itu LPDP, LPDP adalah singkatan dari Lembaga Pengelola Dana Pendidikan tetapi biasanya teman-teman mengertinya lembaga ini adalah lembaga pemberi beasiswa untuk Magister dan Doktoral.

Sebelum membahas lebih jauh tentang pendaftaran serta pengalaman saya di dalamnya, saya ingin membagikan ilmu yang saya dapat yang berhubungan dengan LPDP yang disampaikan oleh Pak Abdul Kahar selaku Direktur Pendanaan Kegiatan Pendidikan LPDP.

Jadi menurut Human Development Index, kualitas suatu bangsa ditentukan oleh beberapa faktor antara lain kesehatan, pendapatan per kapita dan PENDIDIKAN (saya besarkan supaya terasa penekanannya). Jumlah persebaran manusia di umur produktif (15-65 tahun) berkisar di angka 67% di tahun 2010 (Sumber: BPS, World Bank, 2012 Indonesiasetara, 2014). Dengan besarnya demografi manusia di umur produktif tersebut, potensi yang dimiliki Indonesia sangat besar untuk dapat membangun negaranya. Harapannya bertepatan pada umur Indonesia yang akan mencapai 100 tahun di tahun 2045, Indonesia dapat menyaingi negara-negara maju lainnya. Bagaimana cara menyainginya? Dengan meningkatkan kualitas 3 faktor yang saya sebutkan sebelumnya.

LPDP sebagai lembaga yang diberi amanah untuk mengelola dana PENDIDIKAN oleh negara memiliki visi menjadi lembaga pengelola dana yang terbaik di tingkat regional untuk menyiapkan pemimpin masa depan serta mendorong inovasi bagi Indonesia yang Sejahtera, Demokratis, dan Berkeadilan.

Misi LPDP antara lain:
  1. MEMPERSIAPKAN PEMIMPIN DAN PROFESIONAL masa depan Indonesia melalui pembiayaan pendidikan
  2. Menjamin keberlangsungan pendanaan pendidikan bagi generasi berikutnya melalui pengelolaan DANA ABADI pendidikan yang optimal.
  3. MENDORONG RISET strategis dan/atau inovatif yang implementatif dan menciptakan nilai tambah melalui pendanaan riset.
  4. Sebagai last resort, MENDUKUNG REHABILITASI FASILITAS PENDIDIKAN yang rusak akibat bencana alam melalui pengelolaan dana cadangan pendidikan

Nah, jadi yang baru mengenal LPDP di kulitnya jadi sedikit lebih tahu kalau LPDP BUKAN penyalur dana pendidikan saja TAPI pengelola dana pendidikan. Bedanya apa? LPDP mengelola dana yang dihibahkan kepada mereka untuk dikelola melalui investasi (Obligasi Negara, Deposito Konvensional, dan Deposito Syariah) sehingga dana hasil pengelolaannya dapat disalurkan melalui beasiswa, pendanaan riset, maupun pembangunan fasilitas pendidikan yang rusak.
Program LPDP 2016 (Sumber: Paparan LPDP oleh Direksi LPDP)

Oke, berarti secara umum sudah saya jelaskan di atas. Selanjutnya saya akan bercerita khusus untuk program beasiswa yang (Alhamdulillah) sudah saya jalani.

Berikut adalah program studi dan tema prioritas LPDP.
Program studinya antara lain (sesuai prioritas):
  1. Bidang Teknik,
  2. Bidang Sains,
  3. Bidang Pertanian,
  4. Bidang Kelautan dan Perikanan,
  5. Bidang Kedokteran dan Kesehatan,
  6. Bidang Akuntansi dan Keuangan,
  7. Bidang Hukum,
  8. Bidang Agama,
  9. Bidang Pendidikan,
  10. Bidang Sosial,
  11. Bidang Ekonomi,
  12. Bidang Budaya, Seni dan Bahasa,

dan untuk temanya adalah:
  1. Kemaritiman,
  2. Perikanan,
  3. Pertanian,
  4. Ketahanan Energi,
  5. Ketahanan Pangan,
  6. Industri Kreatif,
  7. Manajemen Pendidikan,
  8. Teknologi Transportasi,
  9. Teknologi Pertahanan dan Keamanan,
  10. Teknologi Informasi dan Komunikasi,
  11. Teknologi Kedokteran dan Kesehatan,
  12. Keperawatan,
  13. Lingkungan Hidup,
  14. Keagamaan,
  15. Ketrampilan (Vokasional),
  16. Ekonomi/Keuangan Syariah,
  17. Budaya/Bahasa,
  18. Hukum Bisnis Internasional.

Apa maksudnya dengan prioritas di atas? Semakin prodi dan temanya di atas (nomer kecil) maka passing gradenya akan lebih kecil sehingga membuat kesempatan semakin besar untuk mendapatkan beasiswa.

Lalu masuk ke persyaratan. Persyaratan mengikuti seleksi beasiswa LPDP ini saya bagi menjadi dua bagian, untuk umum dan afirmasi. Afirmasi di sini dikhususkan untuk beberapa calon peserta yang masuk kriteria antara lain: alumni bidikmisi atau yang berasal dari daerah 3T atau yang sedang mengabdi di sana.

Syarat pendaftaran calon peserta seleksi umum antara lain:
  1. WNI
  2. Usia maksimal 35 tahun untuk magister atau 40 untuk doktoral
  3. IPK minimal 3,00 untuk magister atau 3,25 untuk doktoral
  4. Memiliki Unconditional Letter of Acceptance, jika tidak maka wajib memiliki sertifikat Bahasa Inggris dengan nilai minimal untuk program dalam negeri 500 (TOEFL-ITP) atau 65 (TOEFL-IBT) atau 6,0 (IELTS) dan untuk program luar negeri 550 (TOEFL-ITP) atau 79 (TOEFL-IBT) atau 6,5 (IELTS)
  5. SKCK, surat keterangan sehat, bebas narkoba dan khusus untuk program luar negeri ditambah dengan surat bebas TBC (surat sehat dan bebas narkoba & TBC harus diterbitkan oleh RS Pemerintah)
  6. Memilih kampus dari referensi LPDP
  7. Membuat surat pernyataan, surat izin dari atasan, dan surat rekomendasi dari tokoh atau atasan (sudah ada formatnya)
  8. Membuat 3 esai, “Kontribusiku Bagi Indonesia: kontribusi yang telah, sedang dan akan saya lakukan untuk masyarakat / lembaga / instansi / profesi komunitas saya”, “Sukses Terbesar dalam Hidupku”, dan “Rencana Studi”. Jika mendaftar untuk keluar negeri, maka esai yang dibuat juga berbahasa Inggris.

Syarat pendaftaran calon peserta seleksi afirmasi antara lain:
  1. WNI
  2. Usia maksimal 40 tahun untuk magister atau 45 untuk doktoral
  3. IPK minimal 3,50 untuk bidikmisi dan minimal 2,75 untuk magister 3T atau minimal 3,00 untuk doktoral 3T
  4. Memiliki Unconditional Letter of Acceptance, jika tidak maka wajib memiliki sertifikat Bahasa Inggris dengan nilai minimal untuk program magister 400 (TOEFL-ITP) dan untuk program doktoral 450 (TOEFL-ITP)
  5. SKCK, surat keterangan sehat, bebas narkoba dan khusus untuk program luar negeri ditambah dengan surat bebas TBC (surat sehat dan bebas narkoba & TBC harus diterbitkan oleh RS Pemerintah)
  6. Memilih kampus dari referensi LPDP
  7. Membuat surat pernyataan, surat izin dari atasan, dan surat rekomendasi dari tokoh atau atasan (sudah ada formatnya)
  8. Membuat 3 esai, “Kontribusiku Bagi Indonesia: kontribusi yang telah, sedang dan akan saya lakukan untuk masyarakat / lembaga / instansi / profesi komunitas saya”, “Sukses Terbesar dalam Hidupku”, dan “Rencana Studi”. Jika mendaftar untuk keluar negeri, maka esai yang dibuat juga berbahasa Inggris.

Selain untuk Magister dan Doktoral, LPDP juga menyediakan beasiswa untuk Dokter Spesialis dengan prioritas sebagai berikut:
  1. Spesialis Obstetri & Ginekologi (Kebidanan dan Kandungan),
  2. Spesialis Anak,
  3. Spesialis Penyakit Dalam,
  4. Spesialis Anastesiologi,
  5. Spesialis Bedah,
  6. Spesiais Radiologi,
  7. Patologi Klinik,
  8. Rehabilitasi Medik.

Untuk syaratnya sama saja dengan program magister di dalam negeri dengan ditambah dengan Surat Tanda Registrasi (STR) yang diterbitkan oleh KKI.

Selain harus memenuhi persyaratan di atas, calon peserta yang telah mengambil studi dengan jenjang yang sama (misal sudah S2 mau ambil program beasiswa magister lagi) tidak diperkenankan oleh panitia. Lalu rencana studi paling cepat adalah ENAM BULAN setelah penutupan pendaftaran administrasi.

Batas waktu perkuliahan dari masing-masing program adalah:
  1. Magister maksimal 2 tahun
  2. Doktoral maksimal 4 tahun
  3. Spesialis Obstetri & Ginekologi maksimal 9 semester
  4. Spesialis Anak maksimal 8 semester
  5. Spesialis Penyakit Dalam maksimal 9 semester
  6. Spesialis Anestesiologi maksimal 7 semester
  7. Spesialis Gizi Klinik maksimal 4 semester

NB: untuk spesialis lebih tergantung pada universitas penyelenggara pendidikan kedokteran spesialis
Program Beasiswa LPDP 2016 (Sumber: Paparan LPDP oleh Direksi LPDP)

Nah, selanjutnya saya mau membahas yang menarik dulu nih yaitu tentang pembiayaan. 

Apa saja yang dibiayai oleh LPDP selama studi nantinya.
Jadi komponen pembiayaannya antara lain:
  1. Pendaftaran
  2. SPP, termasuk matrikulasi non-bahasa
  3. Non-SPP, misal tunjangan buku, tesis/disertasi, seminar, publikasi, bahkan wisuda.
  4. Transportasi, satu kali PP
  5. Asuransi kesehatan, yang standar atau basic
  6. Visa
  7. Hidup bulanan
  8. Tunjangan keluarga, 25% hidup bulanan per kepala maksimal dua anggota keluarga (bisa dua anak, istri dan anak, tetapi sayangnya dua istri sepertinya belum diakomodir)
  9. Dana kedatangan
  10. Insentif perguruan tinggi unggulan
  11. Keadaan darurat (sakit keras dan semacamnya)

Tidak perlu tanya jumlahnya, LPDP termasuk beasiswa yang cukup besar dalam membiayakan penerima beasiswanya. Kalau ditanya cukup atau tidak, kembali ke gaya hidup masing-masing di setiap tempat.

Nah, kapan saya bisa daftar nih?

Pembukaan pendaftarannya dibuka setiap tahun dan ada 4 gelombang setiap tahunnya. Berapa yang diterima? Kalau saya tidak salah, tahun 2015 LPDP menerima sekitar 5000 awardee. Kalau dari data yang saya punya, 40% lebih dari yang mengikuti test substansi telah lolos dan diterima menjadi awardee.

Periode wawancara ada di bulan Februari, Mei, Agustus, dan November. Diharapkan teman-teman –dapat mempersiapkan diri sebaik-baiknya dengan jadwal ini.

Sudah cukup sepertinya kopas-mengopas dari berbagai sumber yang saya punya. Selanjutnya saya akan cerita pengalaman saya dalam menjalani proses yang tidak terlalu panjang ini. Tetapi sepertinya blognya akan sangat panjang kalau digabungkan jadi akan saya pisah ke halaman ini.

Semoga tulisan ini memberi wawasan teman-teman tentang apa itu LPDP dan program apa saja yang ditawarkan. Kritik dan saran selalu terbuka lebar untuk tulisan yang lebih baik lagi.

“Kekayaan terbesar sebuah bangsa adalah manusianya bukan sumber daya alamnya” – Anies Baswedan

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh..

Referensi:
Paparan LPDP oleh Direksi LPDP saat Persiapan Keberangkatan Angkatan 58
Paparan mekanisme keuangan saat Persiapan Keberangkatan Angkatan 58
Buku Panduan Pendaftaran Beasiswa LPDP (Tautan)