Kamis, 31 Juli 2014

Produktivitas Tambang (Seri Belajar Tambang)

Assalamualaikum Wa Rahmatullahi Wa Barakatuh

Sudah lama sekali rasanya dari waktu terakhir saya memposting di blog ini. Saya akhir-akhir ini sibuk dengan pekerjaan baru saya sehingga hanya waktu-waktu libur seperti inilah saya baru bias mengisi blog.

Saya ingin bercerita tentang pengalaman terakhir saya di bidang tambang. Lulusan teknik pertambangan pada akhir-akhir ini secara umum diarahkan menjadi 2 career path. Career path pertama adalah menjadi mine engineer (planner) dan yang kedua adalah menjadi mine production engineer.

Mine engineer lebih ke arah membuat plan dari tambang. Sedangan production engineer adalah yang memastikan plan yang dibuat di eksekusi dengan sesuai. Pada kali ini saya akan lebih menjelaskan calon pekerjaan saya nantinya yaitu mengenai production engineer.

Inti dari pekerjaan di tambang adalah memindahkan material dari suatu keadaan alamiah sehingga sumber daya mineral maupun batubara dapat terekspos dan diambil untuk dimanfaatkan setelahnya. Jadi pekerjaan utama orang tambang adalah kurang lebih adalah gali, muat, angkut, buang.


Ini Batubara...

Kalau tinggal gali muat angkut buang saja berarti mudah sekali pekerjaan anak tambang? Kalau tambang yang tidak terlalu besar mungkin mudah, tapi perusahaan tambang yang bonafide memiliki target harian yang telah ditentukan sebelumnya dan nilainya berbeda menyesuaikan kondisi yang ada. Target inilah yang dapat dijadikan penilaian dari suatu tambang.

Salah satu target yang akan saya bahas kali ini adalah tentang productivity. Apa itu productivity? Productivity/produktivitas adalah jumlah material yang dapat dipindahkan oleh suatu alat berat tiap jam kerja dengan mesin menyala (SMU running).

Secara garis besar rumus productivity adalah:



BCM = Bank Cubic Meters (volume insitu material yang dipindahkan) (satuan dalam m3) 
SMU = Service Meter Unit (waktu mesin bekerja) (Ready hour dan delay) (satuan dalam jam)

Masing-masing alat berat memiliki cara penghitungan produktivitasnya masing-masing. Untuk menilai suatu tambang, penilaian alat yang digunakan biasanya adalah dari alat galinya.

Setiap kelas alat berat memiliki target produktivitasnya masing-masing dan pembuatan nilainya tergantung keadaan. Sebagai contoh, Excavator kelas 300 ton (ton ini adalah pembulatan massa unit tersebut) untuk memakan batu pasir yang telah diledakkan memiliki target sekitar 1000 BCM/hr. Dengan alat yang serupa untuk memakan batu lempung yang hanya diberai dozer memiliki target sekitar 800 BCM/hr.

Nilai produksi yang digunakan adalah Bank Cubic Meter. BCM digunakan untuk menghitung produksi, karena dalam pemodelan dan perencanaan tambang penghitungan material yang harus dipindahkan berasal dari material insitu. Penghitungan produksi dihitung berdasarkan jumlah truk yang diisi oleh alat gali dengan memukul rata jumlah BCM yang dipindahkan oleh truk sebesar volume yang telah ditentukan untuk tiap truknya.

Material yang dipindahkan akan berpengaruh besar kepada besarnya produksi. Material yang baik akan memberikan nilai produksi yang baik pula. Material baik adalah material yang dengan mudah dapat digali seperti material blasting yang terfragmentasi dengan baik ataupun tanah yang tidak mengandung banyak air. Material yang baik ini akan memberikan kemudahan saat akan digali sehingga akan mengurangi waktu yang dibutuhkan untuk melakukan pemuatan (loading). Material yang baik akan lebh mudah mengisi penuh bucket sehingga jumlah pemuatan untuk setiap truknya akan lebih efektif. Hal yang sebaliknya terjadi pada material yang keras. Metode penggalian juga berpengaruh kepada produksi karena tiap metode akan mempengaruhi waktu yang digunakan utnuk penggalian serta banyaknya material yang dapat tergali setiap pengisian bucketnya.


Proses loading

SMU running adalah waktu mesin bekerja, entah itu digunakan untuk berproduksi maupun hanya berpindah tempat. SMU produktif ialah jumlah waktu yang digunakan untuk menggali material. SMU tidak produktif ialah waktu saat mesin beroperasi tetapi tidak dipergunakan untuk menggal material atau biasa disebut delay, contohnya antara lain delay berpindah tempat, delay merapikan loading point ataupun delay test mekanik. Delay yang dilakukan dengan mesin mati atau yang biasa disebut standby tidak dijadikan perhitungan untuk SMU ini.

Salah satu mentor saya di sini berpesan kepada saya, “yang mempengaruhi nilai produktivitas hanya 2 yaitu material dan delay”.

Sekian blog saya kali ini. Semoga bermanfaat untuk teman-teman semuanya.

Saya yakin masih banyak kesalahan di tulisan saya ini, saya mohon kritik dan sarannya.

Terimakasih!!! Sampai ketemu di blog selanjutnya…


“Ku bekerja siang dan malam agar istriku bahagia, semoga kelak anak kita hidup selayaknya..” - Sheila On 7

Wassalamualaikum Wa Rahmatullahi Wa Barakatuh..

4 komentar:

  1. Selamat pagi pak, izin bertanya sedikit pak.
    Produktivitas itu kan berkaitan dengan target produksi yang ingin dicapai pak, pertanyaan saya bagaimana caranya kita mengetahui produktivitasnya dalam hitungan per jam dalam satu hari pak. Terimakasih, salam tambang

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mohon maaf, saya sudah sangat lama tidak update blog. Akan saya jelaskan lumayan detail.

      Ada beberapa cara menghitung productivity. Saya jelaskan untuk yang biasa dipakai buat menghitung di tambang.
      Pertama kita harus tau jumlah material yang digali oleh 1 fleet group: saya asumsikan sekelas PC2000 ditandem dengan CAT 777. PC2000 biasanya butuh 4 bucket untuk mengisi vessel DT tersebut. Saya asumsikan sekali isi butuh waktu 4 menit termasuk maneuver DT (cycle time). Jadi dalam satu jam didapat: 60 menit (1 jam operasi) dibagi 4 menit menjadi 15 kali isi. 1 kali isi DT Cat 777 itu biasanya disamakan dengan 40BCM sehingga produksi per jam (produktivitas)nya menjadi 15 kali isi dikali 40BCM (kapasitas DT) sama dengan 600 BCM/jam.
      Perlu digaris bawahi bahwa ini mengasumsikan excavator terus kerja keras bagai kuda dan tentunya ada waktu yang digunakan untuk misalnya ganti shift dan istirahat yang dimana excavator itu dimatikan alias STANDBY (HM/SMU tidak jalan). Ini tidak menjadi masalah untuk produktivitas karena penghitungan produktivitas menggunakan HM dan SMU ini untuk penghitungan waktu kerjanya akan tetapi saat excavator bergeser/pindah front atau merapikan front (dibantu dozer biasanya) yang mana biasanya mesin dinyalakan akan sangat berpengaruh ke penurunan produktivitas.

      Saya beri contoh lagi. Pasangan digger dan DT yang tadi bisa dapat 600BCM/jam kalau sangat efisien kerjanya, akan tetapi saat berpindah front, misal 8 menit, maka DT yang terisi hanya 13 (8 menit delay/4menit cycle time = 2 pengisian; 15-2=13) lalu 13 x 40 menjadi 520 BCM per jam nya.
      begitu penghitungan per jam nya.

      Adapun biasanya pemantauan performa lapangannya biasanya per shift. Jadi 12 jam shift, dikurang istirahat+ganti operator+precheck menjadi 10.75 jam SMU misalnya. Dalam shift tersebut terdapat delay 0.25 jam delay. Jadi 10.5 jam yang dipakai efektif produksi, sehingga produksinya menjadi 10.5x60menit(konversi jam-menit)/4 menit(cycle time)*40BCM(kapasitas DT)= 6300BCM per shift.
      Produktivitas 1 shift = 6300BCM / 10.75 jam (delay dihitung ke produktivitas) = 586 BCM/jam.
      Untuk 1 hari silakan modifikasi jumlah produksi dan waktu produksinya (HM) kalau antar 2 shift ini sama maka produktivitasnya juga tidak berubah(yang hampir tidak mungkin terjadi).

      Tentu saja perhitungannya bisa dimodifikasi sesuai kebutuhan misalnya dibuat hourly yg delaynya tentunya dibagi ke tiap2 jam tersebut, atau harian, mingguan, bulanan.

      Semoga penjelasan ini dapat dimengerti.

      Hapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
    Balasan
    1. bisa membagi 3600 dengan rata2 cycle time nya
      kemudian dikalikan dengan beberapa parameter produktivitas

      Hapus