Sabtu, 16 November 2013

Catatan Perjalanan Jakarta - Kuala Lumpur - Singapura - Bandung (Part 2 - Kuala Lumpur)


Assalamualaikum Wr. Wb.

Melanjutkan postingan saya sebelumnya yang menceritakan bagaimana pusingnya memesan tiket, hostel dll, kali ini saya mau bercerita tentang perjalanan saya 7 malam – 7 hari di negeri orang ini. Berbekal uang yang cukup (saya membawa uang sekitar 2 juta rupiah dalam bentuk ringgit, dan 2 juta rupiah dalam bentuk Singapore Dollar, tapi tenang saya hanya memakai kurang dari setengahnya), tiket-tiket online yang telah di print sebelumnya (pesawat, hostel, tiket USS), paspor, dan barang-barang survival di sana seperti dalaman dan lainnya, saya bertolak ke Terminal 3 Bandara Soekarno Hatta. Buat AirAsia semua keberangkatan setau saya menggunakan terminal 3 ini. Kalau naik bus Damri biasanya sampai setelah terminal 1 dan 2. Bentuk terminal 3 ini cukup berbeda dan futuristik disbanding 2 terminal di Soekarno-Hatta lainnya.

Oke lanjut check in di dalam (kalau sudah biasa naik pesawat udah lincah lah ya). Oiya jangan lupa siapkan uang 150 ribu rupiah untuk airport tax buat perjalanan ke luar negeri. Nanti diberikan pada saat check in. Setelah beres check in langsung tunggu di gate yang sudah disebutkan oleh petugas airasianya tadi. Pintu keberangkatan ada di lantai 2 bangunan ini. Nanti di atas ada 2 jalur, sebelah kiri jalur luar negeri, sebelah kanan jalur dalam negeri. Di jalur luar negeri nanti langsung diperiksa sama petugas imigrasinya, trus hand luggagenya di cek. Saya beruntung berhasil lolos bawa air lebih dr 100 mL padahal ini dilarang (jangan ditiru). Akhirnya berangkatlah saya ke Kuala Lumpur.

Hari – 1, KL: Chow Kit

Di Malaysia saya disuguhkan pemandangan hutan sawit. Sepanjang jalan ketemunya hutan sawit, perumahan-perumahan pinggir jalan sulit ditemukan (tampak dari pesawat). Saya tiba di KLIA tapi di LCCT (AirAsia dan penerbangan murah lainnya melalui terminal ini.  Ada beberapa moda transportasi yang bisa digunakan untuk sampai KL (KL Sentral umumnya). Saya ambil perjalanan yang paling murah, naik AeroBus seharga 8 RM (Ringgit Malaysia). Turun dari bus saya langsung merasa lost..
Saya diturunkan di semacam basement suatu gedung. Yang saya tahu pasti, ini namanya KL Sentral (bukan KLCC) dan saya mau ke Chow Kit (hostel saya) dengan menggunakan monorel. Setelah loading beberapa saat saya menemukan papan tulisan untuk ke monorel. Ternyata stesen (maap ngikut gaya melayu) monorel di KL Sentral ini letaknya cukup ngumpet di dekat ruko-ruko. Sampai di tempat pembayaran saya loading lagi. Saya bayarnya gimana? Maklum orang kampung belom pernah naik monorel.

Nah ternyata untuk bepergian dengan public transport di KL ini ada beberapa jenis.
Jenis 1: Monorel (Rute: KL Sentral – Titiwangsa)
Jenis 2: LRT (ada 3 line)
Jenis 3: KTM Komuter (KRLnya Jakarta lah)
Jenis 4: Bas (saya tidak pakai ini)
Biasanya 3 jenis transport ini akan ter-semi-integrated-kan di beberapa stesen. Berikut petanya secara lengkap:
Peta Lengkap Public Transport KL (wikimapia)

Untuk 2 jenis awal dan jenis 4 dari public transport di atas itu dikelola oleh RapidKL dan jenis 3 oleh KTM. Yang dikelola oleh RapidKL bisa menggunakan kartu yang bisa diisi ulang ataupun token. Saya pilih token saja, karena nggak ribet sepertinya. Cara belinya ada 2, via mas-mbak yang di konter tiap stesen atau yang lebih gaul lewat vending machine. Karena saya masih katrok waktu pertama kali dateng saya beli lah di mas-masnya pake bahasa Indonesia. Setelah bayar (tentunya) saya diberikan token tersebut.


Token RapidKL


Trus klo udah punya token cara masuknya gmana? Nih saya kenalin sama mesin horror pertama saya setelah sampe KL.
Mesin Masuk RapidKL

Narsis sebelah Monorel


Ternyata caranya gampang, tinggal tempel tokennya di mesin, nanti pintunya buka, naik monorel (LRT juga sama), trus tokennya disumbangin ke yang berwajib (mesin horror) setelah keluar stesen. Buat perjalanan selanjutnya saya tidak perlu ke mas-mbaknya lagi karena udah gaul pake vending machine yang ada tiap stesen.

Akhirnya sampai lah saya di daerah ChowKit. Hal pertama yang saya pikirkan di daerah ini ada 1, ini pasti daerah yang banyak orang Indonya. Dan tebakan saya tepat. Sekali tanya sama orang di sini ngakunya orang jawa timur, mau beli nasi goreng yang jual nawarin pake bahasa jawa, beli nasi campur yang jualan malah dari medan. Menurut saya daerah ini cukup Hommy lah buat traveler dari Indonesia. Oke, singkat cerita setelah nyasar gara2 nggak ngikutin penjelasan dari hostelnya, kami check in di hostel yang telah saya pesan sebelumnya. Setelah mandi-mandi dan istirahat sejenak kami beranjak keluar untuk cari udara malam KL.
Kongkow dekat hostel

Kami jalan-jalan di sekitar hostel, banyak tukang jualan di depan hostel saya tapi ya macem-macem pasar tanah abang yang kena gusur itu lah. Tapi lumayan bersih kok. Saya saranin kalo masih di KL mau beli snack dan kawan-kawan beli aja di toko kelontong, karena kalau di 7Ele*en jatuhnya lebih mahal. Setelah mengagumi indahnya KL tower dan Twin tower di malam hari dari dekat hostel kami pun kembali ke hostel dan beristirahat dengan nyaman.

Hari – 2, KL : Batu Caves, KLCC (Twin Tower), KL Tower

Di balik dengkul yang kuat terdapat jiwa traveller yang hebat.” – Pambudi, 2013
NB: kebanyakan jalur yang saya gunakan mengandalkan dengkul yang kuat.

Perbedaan waktu antara KL dan WIB adalah 1 jam dimana KL 1 jam lebih dahulu (Walaupun tidak banyak berpengaruh pada saya).
Saya bangun pagi dan siap buat lanjut jalan-jalan dengan destinasi pertama saya adalah Batu Caves. Untuk mencapai Batu Caves dari Chow Kit bisa menggunakan KTM Komuter maupun Bas. Saya menggunakan Komuter karena beberapa literatur menganjurkan untuk menggunakannya.
Masalah pun datang, dari Chow Kit ke Putra Stesen (Stesen Komuter) cukup jauh. Kalo mbah gugel map bilangnya 2 KM dari Hostel saya. Berbekal dengkul yang masih sehat kami berangkat ke stesen Putra. Yah, sekitar 15 menit jalan kaki sudah sampai. Setelah beli tiket buat ke Batu Caves kami naik komuter tersebut. Kami kira Batu Caves masih jauh dari Stesen Batu Caves, ternyata patung-patung dan tebing gamping pun sudah menyambut kami setelah kami keluar stesen.

Batu Caves ini merupakan salah satu tempat peribadatan umat Hindu (India banyaknya) dimana tempat ini merupakan gua yang cukup besar (Saya kira bacanya menggunakan bahasa Indonesia, Batu Caves. Ternyata harusnya Batu Keifs, menggunakan bahasa gaul melayu-inggris)
Berikut foto-fotonya:
Pada kenal kan ini siapa?

Yap, tangganya lumayan tinggi..

Masuk tempat ini gratis kok, modalnya cuma 1, DENGKUL. Yap, dengkul. Liat tangga sebelah patung emas itu? Karena buat masuk kesana harus naik tangga berjumlah 224. Yah, sehat lah pagi-pagi naik tangga. Di dalam kami disuguhkan terompet-terompet khas India yang kayak di filem-filem Hollywood, eh Bollywood. Kayak di India banget lah rasanya.
Ini foto-foto dalemnya:
Dalam Batu Caves

Pura Utama di Batu Caves


Lanjut perjalanan ke KLCC. Menurut teh Gugel Maps, kami harus naik Komuter lagi dari Batu Caves sampai KL Sentral terus lanjut ke KLCC naik LRT. Oke, challenge accepted. Naiklah kami ke Komuter trus turun di KL Sentral. Pertama liat, kok KL Sentralnya terlihat beda dengan sewaktu kami turun bas dr LCCT? Lebih futuristik bukan basement-basement entah apa kayak kemarin. Ternyata setelah ditelusuri, kami kemarin itu di tempat turun bas dan kalau ke monorel tidak lewat tempat yang gaul gini. Setelah ngegalau bentar di sini kami lanjut naik LRT ke KLCC.
Lobby KL Sentral

Stesen LRT di KLCC terletak di bawah agak samping dari twin tower. Yap, dekat sekali! Kami isenglah lewat mal Suria yang sering diomongin orang. Ternyata biasa aja, macem-macem Taman Anggrek dan semacamnya. Setembusnya dari Mal Suria, kami tiba di taman KLCC.

WOW!!!

Kami disambut oleh taman keren KLCC dengan hiasan kolam yang ada air menari-nari dan pemandangan di atas kami langsung twin tower. Karena panas kami berteduh di taman tersebut dan menikmati siang dengan menggalau melihat Twin Tower dari dekat.

Depan Twin Tower

Tempat buang anak


Setelah agak bosan dengan twin tower kami bertolak ke KL Tower, kalau dari Twin Tower sih terlihat dekat. Ternyata, itu hanya ilusi belaka. Dengan bermodal kaki dan disinari matahari yang terik kami bernyasar-nyasar hingga sampai di KL Tower. KL Tower ini tempatnya agak berbukit (jadi biar ada efek kayak pake sepatu hak mungkin). Sampailah kami di kaki KL Tower. Karena kami bertekad menekan dompet kami supaya jarang keluar, kami tidak naik ke atas. Dan menikmati indahnya KL Tower saat itu. Dengan dengkul yang agak cenut-cenut kami pulang ke Chow Kit. Stesen terdekat dari sini ialah Bukit Nanas, tapi karena kami setelah melihat relnya monorel sudah kegirangan, kami telusurilah relnya sampai stesen Raja Chulan.
KL Tower

Sesampainya di hostel keadaan tubuh sudah agak menurun akibat kecapekan. Angin ribut pun mulai merasuk raga ini, berbekal Tola* Angi* saya coba melawan angin ini.

Hari – 3 , KL: Masjid Jamek – Dataran Merdeka dan sekitarnya – Masjid Negara – Bird Park & Orchid Park

Ternyata benar, tubuh saya sudah diserang angin ribut. Dengan jiwa traveler yang kuat, saya tahan serangan ini.

Perjalanan selanjutnya ialah menuju Masjid Jamek. Oiya, hari saya melakukan perjalanan ini adalah hari jumat. Dan saya sengaja buat supaya saya bisa Jumatan di antara Masjid Jamek atau Masjid Negara.
Teh Gugel Maps bilang kalo mau ke Masjid Jamek kami harus naik LRT dari PWTC ke Stesen Masjid Jamek. PWTC – Chow Kit berkisar 1,3 km. Berbekal dengkul lagi, kami jalan ke stesen PWTC dan naik LRT ke Masjid Jamek. Setelah nyasar-nyasar, dari Stesen kami sampai di Masjid Jamek (ternyata tepat di sebelah stesennya makanya Masjid Jamek jadi nama Stesennya). Dan kami harus kecewa karena Masjid Jamek ditutup untuk keperluan Shalat Jumat. Oke, lanjut perjalanan ke Dataran Merdeka. Masih jalan kaki kami akhirnya sampai di Dataran Merdeka. Di sekitar sini ada beberapa landmark yang menarik:

1. Tiang Bendera setinggi 100 meter


2. Sultan Abdul Samad Building

3. KL City gallery

4. Historical Museum (saya nggak kesini)

Penjelasan masing-masing tempat bisa disearch di gugel lah ya.
Sudah mau Jumatan kami bertolak ke Masjid Negara, sekitar jalan 15 menit dari dataran merdeka. Disana kami disuguhi pasar jumat, macem di Salman lah tapi lebih besar. Ternyata saat saya shalat disini ada tamu dari Brunei Darussalam dan Perdana Menteri Malaysia (saya tidak melihat langsung tapi hawa-hawanya seperti itu). Overall, masjid ini tidak lebih besar dari Istiqlal tetapi arsitekturnya cukup menarik.

Masjid Negara


Lanjut perjalanan ke Bird Park dan Orchid Park. Bagi yang tidak terlalu suka kedua hal tersebut saya sarankan tidak kesana karena kalau jalan cukup jauh dan menanjak. Tapi worth to try..
Dari Masjid Negara bisa lanjut ke Bird Park melewati jalan sepi yang agak menanjak di sebelah masjid. Ikuti saja petunjuk arah yang ada, kalau bingung juga bisa pakai kompas mulut.
Karena saya tidak jadi masuk Bird park karena bayar, maka saya hanya masuk di Orchid Park.

Orchid Park


Dari Orchid Park kami kembali ke arah Masjid dan menemui miniature Stonehenge. Foto-foto dulu buat koleksi. :D

Sekembalinya ke Masjid Negara, bisa langsung naik Komuter untuk kembali ke Chow Kit via Putra Stesen.
Sebelum pulang ke Hostel saya menemui warung penjual Roti Canai. Semencobanya saya langsung jatuh hati. Disini tidak hanya ada Roti canai tetapi berbagai macam variannya seperti Roti Telur (canai kasih telur), Sardin dan sebagainya. Kami langsung berpikir, mantap nih warung buat sarapan besok.

Roti Telur

Sepulang hostel dengan membeli amunisi untuk meredakan angin ribut saya melakukan berbagai upaya yang diperlukan (kerokan, red.) dan minum obat cina serta berdoa supaya anginnya cepat reda.
Amunisi Melawan Angin Ribut


Hari – 4, KL: China Town/Petaling Street
Setelah minum berpuluh butir obat cina, saya sudah agak baikan. Seperti yang sudah saya rencanakan sebelumnya, kami sarapan di warung “andalan” kami. Saya makan roti Sardin dan teman saya makan roti Telur Bawang. Kalau kata Pak Bondan Mak Nyoss lah..

Roti Sardin

Teh Tarik (kalau di Malaysia dan Singapura sebutnya Teh)


Oke hari ini kami berencana beli oleh2 di Petaling Street di sekitar China Town. Untuk kesana kami menggunakan Monorel dari Chow Kit dan turun di Stesen Maharajalela. Setelah agak bingung kemana Petaling Streetnya kami sampai di tempat yang mirip Pasar Baru Jakarta. Jalannya mirip sekali, bedanya ada penjual makanan Cina yang mengandung B2.
Saya merekomendasikan tempat ini untuk dijadikan tempat beli oleh2. Mulai dari kaos hingga pajangan ada di sini. Pintar-pintar tawar aja kalau di sini. Nggak beda jauh kayak nawar di Indonesia kok. ;)
Jalan Petaling

Kami tidak ada kegiatan selanjutnya sebenarnya tapi kami kebetulan ketemu Sri Mahariatman Temple. Pura-pura India juga, tapi hiasan di atas pintunya yang cukup menarik.

Sri Mahariatman Temple


Kami pun kembali ke hostel lagi. Lalu malam harinya kami disarankan untuk makan Tom Yam. Dan rasanya mantap juga! (maaf, karena kelaparan jadi tidak difoto) mala mini pun jadi malam terakhir dari perjalanan panjang kami di Kuala Lumpur. Terimakasih Kuala Lumpur atas keramahannya kepada kami.

Perjalanan ke Singapura akan dilanjutkan ke postingan saya selanjutnya. Karena ternyata lama juga membuat blog.. -_-

Sumber:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar